PReSine - Indiana Jones Dial of Destiny (2023) ★★★★☆


Sebelumnya saya menggunakan sitilah serial "trashy visual sh*t i love" dan sepertinya tidak pantas sebagai pengantar satu film ini, sehingga saya perlu menggunakan istilah baru PReSine (Preview Cinema) walau sebenarnya mungkin saja ada waktu-waktu saya akan kembali ke istilah awal.

Rreviev film kali ini adalah Indiana Jonse yang ke-lima, Dial of Destiny. Dimana kali ini Indiana Jones akan mengungkap rahasia dibalik sebuah artefak yang bisa mengantarkan manusia kembali ke masa lalu.

Indian Jones bagi saya adalah tokoh yang menarik yang bisa membuat saya bernostalgia dengan masa muda saya, bagaiamana tidak ? Indy adalah seorang tokoh yang ikonis yang dulu, ketika saya kecil berhasil membuat saya untuk bercita-cita menjadi arkeolog. Menarik kan ? sebagian orang orang ingin menjadi tentara, dokter, pengacara dan PNS saya justru ingin menjadi arkeolog. Mungkin apa yang ditawarkan seorang Indiana Jones adalah kecerdasan dan juga ketangkasan, dan dua kombinasi itu menurut saya sangat maskulin. Inspiras Indiana Jones kala itu muncul pada sebuah tayangan di salah satu TV sebagai film penghujung Tahun pada tahun 90-an. Sekarang Film Indiana Jones sudah terkenal, apalagi kita semua pernah menonton "The temple of doom" yang dibintangi bintang cilik di kala itu, Ke Huy Quan.

Ceritanya kali ini adalah pada perkembangan karakter prof. Henry Jones Jr. , menjalani hari terakhirnya sebagai pengajar di kampus sebelum pensiun. Saat itu, dia bertemu Helena Shaw (Phoebe Waller-Bridge), putri dari rekannya, Basil Shaw, yang juga seorang arkeolog. Helena tertarik pada sebuah artefak karya Archemedes yang direbut oleh Indy dan Basil dari Nazi pada masa Perang Dunia II. Artefak itu diyakini memiliki kekuatan untuk menjelajah waktu. Tanpa curiga, Indy memberitahu Helena tempat penyimpanan artefak tersebut, ditambah dengan ketertarikan Helena pada arkeologi sejak kecil. Namun, ternyata Helena justru mengambil artefak tersebut hanya untuk dijual kepada kolektor di Maroko.


Adegan kejar kejaran antara Basil dan Indiana dengan Nazi menjadi pembuka film ini, lalu ketika Helena kabur dengan artefak di hari pensiun Indiana pun dipenuhi adegan kejar-kejaran melibatkan kuda, motor dan mobil melintas di tengah parade New York. Namun semua itu tidak sebanding dengan kekacauan yang terjadi di Maroko. mengejar, merebut dan saling merebut kembali adalah sebuah khas dari ceirta ini.
 
Helena, hanyalah satu karakter dalam film kali ini. Adapun karakter antgonis nya adalah Voller (Mads Mikkelsen), seorang ilmuwan Nazi, juga mengincar artefak itu untuk ambisi pribadinya. Indy terpaksa kembali berpetualang untuk mencegah artefak jatuh ke tangan yang salah, terutama Voller yang ingin memanfaatkannya.

Adegan aksi dan petualangan dalam film ini bagi seorang awam mungkin akan dianggap biasa dan tidak membawa sesuatu yang baru, bahkan mungkin saja kejar kejaran ini hanyalah pengulangan dari beberapa adegan dalam film. Bagi penonton awam khususnya di Indonesia, yang menjadi menarik adalah penggambaran beberapa setting seperti masa Perang Dunia II, pasca Perang Dunia II, dan masa tua Indy yang diselingi dengan peristiwa perayaan pendaratan astronot pertama di bulan. Ada juga beberapa adegan yang akan lebih terasa bermakna jika telah mengikuti film-film sebelumnya, terutama tiga film pertama. Kali ini, Indy digambarkan tidak sehebat dalam film-film sebelumnya, terutama saat adegan berkelahi. Akan tetapi, film ini juga menunjukkan sisi manusiawi Indy taitu seorang ilmuwan yang menghabiskan waktu-waktu terakhirnya dalam memahami sejarah. Ada sebuah harapan dan terwujudkan sehingga mengharukan ketika ditanya tentang apa yang akan dia lakukan jika bisa kembali ke masa lalu, terutama pada akhir film.

Film ini menurut saya adalah sebuah film yang sangat seru sebagai pembuka liburan panjang musim panas (summer) yang memberikan hiburan yang kayak ditonton. Walau banyak reviewer mencoba memadukan kata "ikoni" dengan konsep "nostalgik", aksi laga dalam film ini boleh diacungi jempol. Film mengingatkan saya pada aksi kejar-kejaran dengan drama yang utuh, mengambil, merebut dan merebutnya kembali dan itu terjadi sepanjang film. Bagi saya pribadi, film ini adalah komplikasi dari sebuah produksi dari sebuah legenda yang mungkin saja akan menutup usia, sebuah akhir dari era dan sedang dalam upaya mencari-cari penggantinya.


Sebagai penutup saya akan mengungkapkan sebuah pesan di balik cerita ini, sebuah meta-narasi dari narasi yang bisa terlihat. Anggaplah ini semacam penangkapan ruh atau meta-fisika dari benda konkrit yang terlihat. Marion yang akhirnya kembali kepada Indiana Jones, di film pertama Indi kembali kepada Marion di Tibet setelah lama. Marion sempet muncul pada Crytal Skull, dan pada awal film ini Indi semakin tua dan hendak bercerai kembali dari Marion. Mengambil, merebut dan merebutnya kembali adalah kisah cinta Indiana Jones yang sangat istimewa. Mencoba menunjukan selalu ada kesempatan terakhir untuk berpetualang, seperti halnya mengambil topinya kembali bahkan sebelum layar menutup dan berpetualang kembali walau tidak perlu dipertunjukan.

Posting Komentar

0 Komentar